Saat sebuah
nada tinggi terdengar, maka saat itulah setan memesuki pikiran manusia. Saat perselisihan
terjadi, bukan hati yang bicara tetapi akal yang dibumbui kelicikan setan. Tali
kasih sayang tidak pernah putus antara orang tua dan anak yang saling berkasih sayang.
Jika orangtua
membenci anaknya karena perangainya, maka orang tua itu harus mengingat kembali
bagaiman caranya mendidik anak. Jika sifat buruknya menurun pada anak, maka
sabarlah seperti orangtuamu sebelumnya menyabari perangaimu.
Saat kata-kat
tak lagi berasal dari hati. Untaian suara itu akan menusuk hati. Bukanlah kata
itu yang membuat orang marah saat mendengarnya, melainkan intonasi yang begitu
menyayat hati. Hati itu kecil namun sanggup menyimpan semua rasa manusia. Hati itu
lunak namun saat sebuah luka menerpanya, ia bisa menjadi sekeras batu.
Keutamaan menjaga
lisan amatlah penting. Dengan lisan yang salah, seorang anak yang cinta
ibu-bapaknya dapat membenci mereka seketika. Saat sebuah lisan membela dirinya
dari kelemahannya, maka saat itulah sebuah siasat telah dilakukan. Apaapun yang
terjadi, pembelaan itu tidak sepenuhnya benar karena telah bercampur dengan
amarah dan penghinaan.
Jika sebuah
kata dapat menyakiti hati. Bagaimana dengan untaian kata yang terlontar dari
anak manusia yang masih labil. Anak manusia yang masih mencari jati diri dan
kedewasaan. Saat golongan tua bertemu dengan golongan muda, ada sebuah gesekan
yang terjadi. Semua itu tidak terlepas dari zaman yang terus berganti. Nilai-nilai
yang berbeda. Perbedaan cara pandang. Perbedaan dasar pembelajaan. Perbedaan keadaan
juga berkurangnya kesabaran. Semua wajar terjadi.
Semua manusia
akan merasakan terhina suatu saat nanti. Tapi saat orang tua mendapat penghinaan
dari anaknya. Meski itu hanya selentingan ringan. Dan anaknya hanya menganggap
itu wejangan biasa. Salahkan keadaaan jika mereka saling berselisih? Mereka sama
egoisnya, karena mereka dari darah yang sama. Mereka sama menyesalnya, karena
hati anak adalah buah cinta orangtuanya. Seperti pula anak yang merasa bersalah
karena menggores luka orangtuanya yang selama ini dijaga kehormatannya.
Kasih sayang
yang tumbuh sejak kecil tidak akan pernah hilang meski waktu terus berjalan. Seperti
intan yang tidak pernah hancur meski tersimpan dalam perut bumi. Seperti mutiara
yang akan semakin berharga dikedalaman laut.
Cinta orang
tua dan anak yang terbentuk sejak kecil akan terus membekas didalam hati anak
itu. Meski suatu ketika kelak anak itu akan benci pada orangtuanya karena
perangai mereka atau sebuah keadaan. Saat anak tak lagi menggubris omongan
orangtaunya, saat itulah ia mulai berbohong pada dirinya yang ingin mematuhi
perintah itu. Sebuah jurang pemisah mulai terbentuk antara mereka.
Orang tua
yang mengasihi anaknya mungkin saja marah saat kata-kata anaknya kurang lembut
untuknya. Tapi ingatlah tidak ada sedikitpun kesengajaan orangtua akan
menyakiti buah hatinya yang ditimang sejak bayi.
Selalu ada
luka saat kasih sayang saling terpaut selain rasa bahagia. Selalu ada
perselisihan saat saling membenarkan diri. Tua atau pun muda, kita tetap
manusia yang mudah terluka dan penuh kekhilafan. Saling menyadari dan mengakui
kekurangan masing-masing merupakan jembatan penghubung keretakan. Memberi waktu
menyendiri merupakan obat peredam untuk amarah.