Secara nyata
memang kebohongan sulit diungkap ketika tidak ada bukti yang jelas dan kuat.
Untuk beberapa orang yang tingkat sensitivitasnya tinggi dapat meresakan sebuah
perkataaan itu bohong atau tidak. Jika dilihat dari ciri fisik pada beberapa
orang, kecendrungan sikap yang timbul sebagai akibat dari kebiasaaan bisa
menjadi tolak ukur seseorang berbohong atau tidak. Seperti misalnya ada orang
yang tidak berhenti berkedip saat sedang berbohong. Juga ada orang yang akan
menggosok-gosokan telapak tangan. Dan ada juga yang memegang hidungnya seperti
terasa gatal.
Semua
kebiasaan itu biasanya timbul karena adanya rasa gugup, takut dan tegang saat
sebuah topik yang menurutnya bersifat berat untuk dibahas. Biasanya topik-topik
seperti ini berhubungan dengan rahasia atau kebenaran dari suatu hal. Seperti
alat pendeteksi kebohongan, alat ini menggunakan perinsip tingkat kegugupan.
Bagaimana reakasi detak jantungnya, tekanan darah, laju perrnafasan,
berkeringat atau tidak khususnya jari tangan.
Dari
kebiasaan-kebiasaan khusus orang inilah, orang terdekat bisa menilai apakah
perkataan orang itu jujur atau bohong. Sedangkan menurut teori tahun 1970-an
yang disebut dengan Neuro-Liguistic Programming (NLP) dimana sebuah metode
untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan pendekatan psikologi. Menurut
teori ini, ketika seseorang yang bukan kidal melirik kearah kanan atas, maka
kemungkinan dia akan memvisualisasikan peristiwa yang dibangun dengan cara
membayangkannya. Sementara apabila melirik kearah kiri atas, maka kemungkinan
besar dia akan memvisualisasikan sebuah ingatan dari dalam otak.
Dengan dasar
teori diatas, bisa disimpulkan apabila seorang pembohong membangun kebenaran
menurut versinya, arah mata cendeung melirik kearah kanan. Namun teori ini
terbantahkan saat dua orang psikolog, Prof.Richard Wiseman dan Caroline Watt
yang berasal dari Hertfordshire University dan Edinburg University menyatakan
bahwa gerakan mata tidak ada hubungannya dengan kebohongan.
Jika dilihat
dari kinerja otak manusia, kemungkinan hubungan gerak mata dan kebohongan masih
memiliki nilai kebenaran namun tidak dapat disebut kebenaran yang mutlak. Tidak
dipungkiri jika nilai keakuratannya tidak bisa untuk menjadi dasar menilai
sebuah kebohongan. Apalagi menjadi acuan tetap untuk penilaian.
Otak kiri
manusia berfungi dalam hal perbedaan, seperti logika, angka, kemampuan
berbicara, mengolah tata Bahasa, analisis, peristiwa, nama, waktu. Daya ingat
otak kiri bersifat jangka pendek. Semntara otak kanan berfungsi dalam hal persamaan,
seperti khayalan, kreativitas, emosi, imajinasi, artictik, perasaan, gaya
Bahasa, irama music, warna. Daya ingat
otak kanan bersifat jangka panjang.
Jadi jika
gerakan mata menuju kearah kiri atas, maka pertanda seseorang mengingat dan
mencari penjelasan sesuai dengan logika dan lebih terkait dengan penggunaan
memori dalam otak, dengan kata lain dia sedang mingingat atau menyatakan fakta.
Sedangkan bila gerakan mata menuju kearah kanan atas, maka pertanda sedang
menggunakan imajinasi atau kreatvitas. Jika dia dihadapkan pada pemecahan
persoalan atau menggambarkan sesuatu, berarti dia sedang berproses kreatif.
Sedangkan jika berhubungan dengan kesaksian, berkemungkinan jawaban yang
dilontarkan hasil mengarang.