Hari ini saya melihat begitu gigihnya seorang guru mengajari
seorang anak berkebutuhan khusus untuk mengikutinya sholat dan menjalankan
kewajibannya untuk beribadah. Mungkin sebagian orang akan berpikir “kenapa
harus repot-repot mengajak anak dengan kebutuhan khusus sholat, toh mereka juga
tidak mengerti”. (Ini hanya contoh ya…)
Saya menyadari nikmat Allah yang diberikkan kepada anak itu,
guru, orang tua dan orang sekitarnya seperti saya. Nikmat Allah SWT untuk anak
itu adalah pemeliharaan baginya dari segi kasih sayang dan lingkungan serta
kebutuhan material. Itulah janji Allah bahwa rejeki setiap manusia sudah
ditentukan takarannya. Rezeki di sini bukan hanya berupa material tapi juga
perhatian dan kasih sayang.
Saya kutip sebuah ayat, setiap makhluk yang berjalan di muka bumi diberi
rezeki, sebagaimana firman Allah Ta’ala,
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي
الْأَرْضِ إلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
“Dan tidak ada
satupun makhluk yang berjalan di muka bumi melainkan Allah-lah yang memberi
rezkinya” (Huud: 6).
Nikmat yang Allah berikan kepada guru tersebut adalah
nikmatnya kesabaran. (Guru memang selalu memiliki keuntungan ilmu yang menjadi amal
jariyahnya.) Meski guru tersebut seorang laki-laki namun ketegasan tidak mempengaruhi
kasih sayangnya pada murid ini. Saya bersyukur bisa bekerja di sekolah ini. Sekolah
yang sangat memperhatikan kebutuhan agama muridnya. Baik muslim atau non-muslim
dapat menjalankan agamanya masing-masing dengan support penuh pihak sekolah.
Semoga orang tua anak tersebut selalu diberi kelapangan
dalam segala hal. Aamiin… Mungkin akan ada yang beranggapan bahwa ini ujian,
namun jika disikapi secara positif ini adalah sebuah peluang emas. Bagi muslim,
surga adalah tempat kembali paling baik. Jika kita hitung-hitung, pahala itu
ibarat mata uang yang dapat menentukan seberapa pantasnya kamu masuk ke dalam surga
(jangan lupakan pula syarat tertentu untuk masuk surga ya hehe…). Bagi orang
tua dan keluarganya anak tersebut adalah peluang emas untuk mendulang pahala
tanpa henti. Allah sudah menitipkan anak tersebut pada orang tuanya, maka Allah
menganggap orang tua tersebut pantas mendapat bingkisan pahala ini tanpa henti.
Untuk saya sendiri
ada sebuah getaran untuk selalu bersyukur. Kejadian ini tepat terjadi saat hati
saya sedang gelisah. Selepas sholat saya membaca beberapa ayat Al-Quran sebagai
penghibur hati. Sedangkan sebelum itu ada tangisan ketidak puasan dari seorang
hamba yang futur. Semoga setahun setelah tulisan ini publis saya sudah memiliki
hafalan Al-Quran minimal 1 Juz, sehingga air mata karena kebodohan saya tidak
sia-sia. (Mohon doa dari teman-teman juga ya :)
semoga yang mendoakan saya juga dapat memilki hafalan Al-Quran aamiin…)
Saya sering melihat dan menyaksikan anak ini memasuki
ruangan saya dan melihat barang-barang yang ada di meja para staff lalu
meletakkannya lagi. Meski terkadang anak tersebut kesal karena dilarang untuk
mengetuk benda-benda terlalu keras atau berakhir dengan menangis dan didampingi
lagi oleh gurunya. Saya bersyukur Allah masih memberi nikmat saya untuk selalu
diingatkan lagi dalam bersyukur. Masyallah, kasih sayang Allah pada saya.
Semoga teman-teman juga mendapatkan banyak kasih sayang Allah dan makin tebal
keimanannya.
Inilah nikmat yang menurut saya ada di dalam sebuah perstiwa
siang ini. Jika teman-teman memiliki pendapat yang berbeda silahkan tinggalkan
di komentar :)
saya sangat senang jika teman-teman meninggalkan jejak di komentar
23 Syaban 1440H
Bandar Lampung, Senin 29 April 2019