Minggu, 20 Juli 2014

Amarah Kecil

Saat sebuah nada tinggi terdengar, maka saat itulah setan memesuki pikiran manusia. Saat perselisihan terjadi, bukan hati yang bicara tetapi akal yang dibumbui kelicikan setan. Tali kasih sayang tidak pernah putus antara orang tua dan anak yang saling berkasih sayang.
Jika orangtua membenci anaknya karena perangainya, maka orang tua itu harus mengingat kembali bagaiman caranya mendidik anak. Jika sifat buruknya menurun pada anak, maka sabarlah seperti orangtuamu sebelumnya menyabari perangaimu.
Saat kata-kat tak lagi berasal dari hati. Untaian suara itu akan menusuk hati. Bukanlah kata itu yang membuat orang marah saat mendengarnya, melainkan intonasi yang begitu menyayat hati. Hati itu kecil namun sanggup menyimpan semua rasa manusia. Hati itu lunak namun saat sebuah luka menerpanya, ia bisa menjadi sekeras batu.
Keutamaan menjaga lisan amatlah penting. Dengan lisan yang salah, seorang anak yang cinta ibu-bapaknya dapat membenci mereka seketika. Saat sebuah lisan membela dirinya dari kelemahannya, maka saat itulah sebuah siasat telah dilakukan. Apaapun yang terjadi, pembelaan itu tidak sepenuhnya benar karena telah bercampur dengan amarah dan penghinaan.
Jika sebuah kata dapat menyakiti hati. Bagaimana dengan untaian kata yang terlontar dari anak manusia yang masih labil. Anak manusia yang masih mencari jati diri dan kedewasaan. Saat golongan tua bertemu dengan golongan muda, ada sebuah gesekan yang terjadi. Semua itu tidak terlepas dari zaman yang terus berganti. Nilai-nilai yang berbeda. Perbedaan cara pandang. Perbedaan dasar pembelajaan. Perbedaan keadaan juga berkurangnya kesabaran. Semua wajar terjadi.
Semua manusia akan merasakan terhina suatu saat nanti. Tapi saat orang tua mendapat penghinaan dari anaknya. Meski itu hanya selentingan ringan. Dan anaknya hanya menganggap itu wejangan biasa. Salahkan keadaaan jika mereka saling berselisih? Mereka sama egoisnya, karena mereka dari darah yang sama. Mereka sama menyesalnya, karena hati anak adalah buah cinta orangtuanya. Seperti pula anak yang merasa bersalah karena menggores luka orangtuanya yang selama ini dijaga kehormatannya.
Kasih sayang yang tumbuh sejak kecil tidak akan pernah hilang meski waktu terus berjalan. Seperti intan yang tidak pernah hancur meski tersimpan dalam perut bumi. Seperti mutiara yang akan semakin berharga dikedalaman laut.
Cinta orang tua dan anak yang terbentuk sejak kecil akan terus membekas didalam hati anak itu. Meski suatu ketika kelak anak itu akan benci pada orangtuanya karena perangai mereka atau sebuah keadaan. Saat anak tak lagi menggubris omongan orangtaunya, saat itulah ia mulai berbohong pada dirinya yang ingin mematuhi perintah itu. Sebuah jurang pemisah mulai terbentuk antara mereka.
Orang tua yang mengasihi anaknya mungkin saja marah saat kata-kata anaknya kurang lembut untuknya. Tapi ingatlah tidak ada sedikitpun kesengajaan orangtua akan menyakiti buah hatinya yang ditimang sejak bayi.

Selalu ada luka saat kasih sayang saling terpaut selain rasa bahagia. Selalu ada perselisihan saat saling membenarkan diri. Tua atau pun muda, kita tetap manusia yang mudah terluka dan penuh kekhilafan. Saling menyadari dan mengakui kekurangan masing-masing merupakan jembatan penghubung keretakan. Memberi waktu menyendiri merupakan obat peredam untuk amarah.
Share: