Selasa, 30 April 2019

Sholat Membekas Di Hati


Hari ini saya melihat begitu gigihnya seorang guru mengajari seorang anak berkebutuhan khusus untuk mengikutinya sholat dan menjalankan kewajibannya untuk beribadah. Mungkin sebagian orang akan berpikir “kenapa harus repot-repot mengajak anak dengan kebutuhan khusus sholat, toh mereka juga tidak mengerti”. (Ini hanya contoh ya…)

Saya menyadari nikmat Allah yang diberikkan kepada anak itu, guru, orang tua dan orang sekitarnya seperti saya. Nikmat Allah SWT untuk anak itu adalah pemeliharaan baginya dari segi kasih sayang dan lingkungan serta kebutuhan material. Itulah janji Allah bahwa rejeki setiap manusia sudah ditentukan takarannya. Rezeki di sini bukan hanya berupa material tapi juga perhatian dan kasih sayang.

Saya kutip sebuah ayat, setiap makhluk yang berjalan di muka bumi diberi rezeki, sebagaimana firman Allah Ta’ala,

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا

Dan tidak ada satupun makhluk yang berjalan di muka bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya” (Huud: 6).

Nikmat yang Allah berikan kepada guru tersebut adalah nikmatnya kesabaran. (Guru memang selalu memiliki keuntungan ilmu yang menjadi amal jariyahnya.) Meski guru tersebut seorang laki-laki namun ketegasan tidak mempengaruhi kasih sayangnya pada murid ini. Saya bersyukur bisa bekerja di sekolah ini. Sekolah yang sangat memperhatikan kebutuhan agama muridnya. Baik muslim atau non-muslim dapat menjalankan agamanya masing-masing dengan support penuh pihak sekolah.

Semoga orang tua anak tersebut selalu diberi kelapangan dalam segala hal. Aamiin… Mungkin akan ada yang beranggapan bahwa ini ujian, namun jika disikapi secara positif ini adalah sebuah peluang emas. Bagi muslim, surga adalah tempat kembali paling baik. Jika kita hitung-hitung, pahala itu ibarat mata uang yang dapat menentukan seberapa pantasnya kamu masuk ke dalam surga (jangan lupakan pula syarat tertentu untuk masuk surga ya hehe…). Bagi orang tua dan keluarganya anak tersebut adalah peluang emas untuk mendulang pahala tanpa henti. Allah sudah menitipkan anak tersebut pada orang tuanya, maka Allah menganggap orang tua tersebut pantas mendapat bingkisan pahala ini tanpa henti.

 Untuk saya sendiri ada sebuah getaran untuk selalu bersyukur. Kejadian ini tepat terjadi saat hati saya sedang gelisah. Selepas sholat saya membaca beberapa ayat Al-Quran sebagai penghibur hati. Sedangkan sebelum itu ada tangisan ketidak puasan dari seorang hamba yang futur. Semoga setahun setelah tulisan ini publis saya sudah memiliki hafalan Al-Quran minimal 1 Juz, sehingga air mata karena kebodohan saya tidak sia-sia. (Mohon doa dari teman-teman juga ya :) semoga yang mendoakan saya juga dapat memilki hafalan Al-Quran aamiin…)

Saya sering melihat dan menyaksikan anak ini memasuki ruangan saya dan melihat barang-barang yang ada di meja para staff lalu meletakkannya lagi. Meski terkadang anak tersebut kesal karena dilarang untuk mengetuk benda-benda terlalu keras atau berakhir dengan menangis dan didampingi lagi oleh gurunya. Saya bersyukur Allah masih memberi nikmat saya untuk selalu diingatkan lagi dalam bersyukur. Masyallah, kasih sayang Allah pada saya. Semoga teman-teman juga mendapatkan banyak kasih sayang Allah dan makin tebal keimanannya.

Inilah nikmat yang menurut saya ada di dalam sebuah perstiwa siang ini. Jika teman-teman memiliki pendapat yang berbeda silahkan tinggalkan di komentar :) saya sangat senang jika teman-teman meninggalkan jejak di komentar

23 Syaban 1440H
Bandar Lampung, Senin 29 April 2019

Share: